Blog Yanti Gobel

Ilmu dan Amal Padu Mengabdi

Merdeka dari Kesakitan

Bagi bangsa Indonesia, bulan Agustus adalah bulan refleksi atas pencapaian tujuan bernegara, karena pada bulan inilah perayaan hari kemerdekaan dirayakan. Tahun 2009 ini merupakan perayaan kemerdekaan ke-64 yang merupakan usia yang cukup matang bagi sebuah negara merdeka. Usia tersebut seyogyanya sudah bisa mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain, termasuk dalam hal kesehatan manusia Indonesia.
Sebagaimana diketahui, dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan manusia Indonesia, telah dicanangkan sebuah visi tentang Indonesia Sehat yang dicanangkan pada dekade 1990-an silam. Visi tersebut ingin dicapai pada tahun 2010 mendatang. Manusia Indonesia Sehat ingin diwujudkan sejak anak dalam kandungan dengan harapan pada ibu hamil mengkonsumsi makanan sehat, hingga usia lanjut yang menyangkut angka harapan hidup penduduk Indonesia.
Ibu hamil yang sehat akan melahirkan bayi sehat pula sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi baru lahir. Bayi sehat akan semakin terjamin pertumbuhannya dengan pemberian ASI eksklusif hingga usia dua tahun. ASI eksklusif selama dua tahun dapat menekan angka kematian bayi, disamping orang tua bayi rutin membawa balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berupa penimbangan balita, imunisasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, pemberian makanan tambahan, dan penyuluhan kesehatan.
Berkaitan dengan bayi, telah digunakan indikator Kematian Bayi sebagai indikator kesehatan. Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi pada saat bayi lahir sampai bayi belum berusia satu tahun. Penyebab kematian bayi dibagi atas dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau biasa disebut kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang dibawa anak sejak lahir, baik yang berasal dari ibu bayi pada saat konsepsi maupun yang didapat selama masa kehamilan. Sedang kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi setelah berusia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan faktor lingkungan diluar dirinya.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), pada 1994 kematian bayi (Infant Mortality Rate=IMR) sebesar 57 per 1000 kelahiran hidup, telah dapat diturunkan menjadi 35 per 1000 pada tahun 2002-2003. Sementara berdasarkan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 33 per 1000 kelahiran hidup serta 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 berdasarkan target Millenium Development Goals (MDGs).
Terkait dengan angka kematian bayi adalah angka kematian anak. Yang termasuk kategori anak disini adalah anak yang berusia 1-5 tahun (tepatnya 1 sampai 4 tahun 11 bulan 29 hari). Angka Kematian Anak menunjukkan kondisi kesehatan lingkungan yang berpengaruh pada tingkat kesehatan anak. Bila angka kematian anak tinggi berarti terjadi masalah pada aspek kebersihan diri dan kebersihan lingkungan yang buruk, atau terjadi gizi kurang/gizi buruk, prevalensi penyakit menular pada anak yang tinggi, atau penyebab lainnya seperti kecelakaan.
Indikator pembangunan kesehatan lainnya adalah angka kematian ibu (AKI). Kematian ibu adalah kematian yang disebabkan karena kehamilannya dan atau persalinannya, dan bukan karena penyebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Dengan kata lain, kematian ibu hamil pada saat sedang mengandung atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa melihat rentang waktu kehamilan dan tempat persalinan. Data AKI yang tinggi biasanya digunakan untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, seperti pelayanan ibu hamil, memperkecil risiko kehamilan, kampanye suami siaga, penyiapan sistem rujukan bagi kehamilan berisiko tinggi, agar dapat mengurangi AKI.
Berdasarkan data, angka kematian ibu melahirkan (Maternal Mortality Rate=MMR) berdasarkan SDKI 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup telah dapat diturunkan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada 2002-2003. Berdasarkan target Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 150 per 10.000 kelahiran hidup dan 230 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan MDGs 2015. Data yang tersaji juga menyatakan bahwa umur harapan hidup telah meningkat dari 63,48 pada SUPAS 1995 menjadi 67,97 berdasarkan Sensus Penduduk 2000.
Indikator kesehatan yang mencakup manusia pada umumnya adalah Angka Kematian Kasar (crude death rate). Angka Kematian Kasar adalah angka yang mencerminkan besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Disebut kematian kasar karena belum memperhitungkan umur penduduk, seperti penduduk usia muda dan usia tua. Pada penduduk usia muda, resiko kematiannya lebih rendah dibandingkan penduduk usia tua. Angka ini biasanya dimanfaatkan untuk memberi gambaran tingkat kesejahteraan penduduk pada suatu tahun tertentu. Jika diperkurangkan dengan Angka Kelahiran Kasar, maka akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Angka Kelahiran Kasar (crude birth rate=CBR) adalah angka yang menggambarkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka ini biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan waktu tertentu pula.
Berkaitan dengan angka kelahiran kasar adalah Angka Kelahiran Menurut Umur (age specific fertility rate=ASFR) yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1.000 perempuan pada kelompok umur tertentu (antara 15-49 tahun). Angka ini biasanya digunakan sebagai data dasar untuk melakukan proyeksi penduduk (jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin) pada masa datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk perencanaan pembangunan, termasuk pembangunan kesehatan seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Bila ingin dilihat secara komprehensif angka kelahiran anak, biasa digunakan Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate=TFR) yaitu anak yang rata-rata dilahirkan seorang perempuan selama masa usia subur. TFR digunakan untuk mengetahui gambaran rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan usia subur (15-49 tahun). Pembandingan angka TFR antar daerah atau antar negara, dapat diketahui keberhasilan suatu daerah atau negara dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan sosial-ekonominya. Bila angka TFR tinggi menunjukkan bahwa rata-rata usia perkawinan rendah, tingkat sosial-ekonomi rendah (tingkat kemiskinan tinggi), atau tingkat pendidikan (utamanya perempuan) yang rendah. Dalam konteks program pembangunan kesehatan, data TFR biasa digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bertalian dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Bila sejak balita hingga usia lanjut dapat menerapkan pola hidup sehat maka dapat meningkatkan angka harapan hidup manusia Indonesia sehingga dapat dikatakan suatu keberhasilan pembangunan kesehatan. Saat ini, Angka Harapan Hidup sudah menjadi alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya, meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah menandakan perlunya diikuti program intervensi kesehatan seperti kecukupan kalori dan gizi, sanitasi dan penyehatan lingkungan disertai program pengentasan kemiskinan karena terkait dengan kondisi sosial ekonomi penduduk.
Pada 2025 angka harapan hidup mencapai 73,7 tahun dengan proyeksi penduduk Indonesia yang mencapai 273,65 juta jiwa. Hal ini meningkat bila dibandingkan angka harapan hidup saat ini yang hanya 69,0 tahun. Pada dua dekade mendatang (2025), akan terjadi peningkatan penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) atau meningkat sekitar 5 persen dari jumlah saat ini, bila mampu menekan angka kelahiran total (total fertility rate) dan angka kematian bayi (infant mortality rate).
Berdasarkan data BPS, angka kelahiran bayi pada 2025 akan menjadi 2,07 bayi per perempuan, dibanding saat ini yang mencapai 2,23 bayi per perempuan. Demikian pula dengan angka kematian bayi, pada 2025 akan menjadi 15 bayi per 1.000 kelahiran hidup dibanding saat ini 32 bayi per 1.000 kelahiran hidup.
Namun semua angka-angka tersebut lebih bermakna bila secara kualitatif kesehatan penduduk Indonesia diyakini dan disadari oleh segenap penduduk. Dalam merayakan momentum hari kemerdekaan, tak ada salahnya bila kita bertekad untuk “Merdeka dari Kesakitan”, dalam arti kita secara individu secara bersama bertekad untuk membebaskan diri dari ancaman kematian akibat kesakitan. Bila ingin merdeka dari kesakitan, maka pola hidup sehat adalah kunci gaya hidup modern.

(Fatmah Afrianty Gobel, penulis adalah Ketua Jurusan/Prodi Kesmas FKM UMI. Artikel ini dimuat di Harian FAJAR,06 Agustus 2009)

6 Agustus 2009 Posted by | Uncategorized | , , | Tinggalkan komentar