Blog Yanti Gobel

Ilmu dan Amal Padu Mengabdi

FENOMENA PANDEMI FLU BABI

Flu babi telah menyita perhatian warga dunia setelah menyerang sejumlah warga Meksiko. Berdasarkan laporan Associated Press (AP), hingga 27 April telah meninggal dunia sebanyak 103 orang dari 1.614 orang di Meksiko. Laporan AP juga menyebutkan suspect flu babi telah menyebar pada sedikitnya delapan negara, diantaranya Kanada, Amerika Serikat, Prancis, dan Selandia Baru. Pemerintah Kanada telah mendapatkan kasus flu babi pertama pada 27 April lalu, sedang Amerika Serikat, Prancis dan Selandia Baru telah melaporkan kasus serupa beberapa hari sebelumnya.
Para pengidap flu babi di Kanada ternyata sebelumnya telah mengadakan kontak dengan sejumlah orang yang baru datang dari Mexico. Demikian halnya dengan kasus di Selandia Baru yang menimpa beberapa pelajar di Rangitoto College, sebelumnya melakukan aktifitas belajar (study tour) di Mexico dan telah dinyatakan positif flu babi. Kasus di Selandia Baru mirip dengan kasus di Amerika Serikat karena sama-sama menimpa para pelajar. Di AS, dari sekitar 100 pelajar di sekolah swasta Saint Francis di wilayah Queen, 11 kasus diantaranya positif flu babi.
Dari laporan pemerintah Meksiko, virus flu babi telah menyerang sedikitnya 1.300 orang, sedang 900 orang diantaranya dinyatakan sembuh. Sementara empat daerah pada Negara tersebut dinyatakan rawan flu babi, termasuk Meksiko City. Berdasarkan data KBRI di Meksiko, dari 90 orang WNI yang bermukim di Mexico, 70 orang diantaranya berada di Ibukota Meksiko itu.
Fenomena flu babi yang menyebar secara cepat ke berbagai negara dapat menyebabkan terjadinya pandemi yakni penyebaran virus flu babi secara global. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pun menggelar pertemuan dengan ahli kesehatan guna membahas kasus flu babi yang telah menjadi ancaman baru kesehatan masyarakat dunia.

Histori Flu Babi
Flu Babi (swine flu) adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A. Gejala klinis penyakit ini terlihat secara mendadak, yaitu berupa batuk, dispnu, demam dan sangat lemah. Penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian (Fenner et al., 1987). Penyakit virus flu babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu didunia sedang terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik pada manusia yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (Hampson, 1996).
Dilihat dari namanya, berarti sumber asal penyakit berasal dari babi, binatang yang banyak dikonsumsi kaum Non-Muslim. Flu babi mulai dikenal pada sebuah dari pertanian dan peternakan babi di wilayah Midwest, AS beberapa dekade silam. Babi juga merupakan jenis hewan mamalia yang menempati posisi penting dalam mata rantai penyebaran virus influenza pada jarak dekat.
Sebelum virus flu babi hinggap ke tubuh manusia, semua gen virus flu babi mempunyai tempat-tempat persinggahan sebagai vektor penyebarannya. Ciri -ciri orang yang menderita penyakit flu babi adalah mengalami demam lebih dari 39 derajat celcius, sakit kepala, mengalami pegal linu dan iritasi mata.
Cara penyebaran virus influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi dan melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dapat mempercepat penularan virus meski virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara (Webby et al., 2000; Rota et al., 2000; Landolt et al., 2003), tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Kanada (Karasin et al., 2000). Sejak tahun 1991, telah diidentifikasi subtype virus avian influaenza, yakni H3N2, H4N2, H6N6, H5N2, H5N9, H7N1, H7N3, H9N2, H10N4, dan H10N7. Kesemuanya adalah virus dengan patogenitas kategori rendah.
Babi sebagai karier penyakit telah lama diketahui di Denmark, Jepang, Italy dan Inggris. Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan dapat menularkannya pula pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir di ruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris.
Sejak tahun 1930 ketika pertama kali virus flu babi diisolasi, sudah banyak aspek dari penyakit tersebut yang diungkapkan, antara lain meliputi tanda klinis, lesi, imunitas, transmisi, adaptasi virus terhadap hewan percobaan dan hubungan antigenik dengan virus influensa lainnya serta kejadian penyakit di alam. Penyebab penyakit saluran pernafasan pada babi adalah virus influensa tipe A yang termasuk Famili Orthomyxoviridae. Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (Palse & Young, 1992).
Influensa babi yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh influensa A H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa termasuk Inggris, Jepang dan Asia Tenggara disebabkan oleh influensa A H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa yang mempunyai hubungan antigenik sangat dekat dengan A/Port Chalmers/1/73 strain asal manusia. Peristiwa rekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yang dilaporkan di Jepang (Hayashi et al., 1993).
Pencegahan penyebaran Flu babi dapat dilakukan dengan cara pemakaian masker, mencuci tangan dengan sabun dan menghindari berjabat tangan dengan suspect flu babi. Bila terlanjur terjangkit virus flu babi, langkah selanjutnya bisa dengan cara mengkarantina di rumah sakit untuk mendapatkan vaksinasi.

Langkah Antisipatif
Kecepatan penyebaran virus flu babi sangat tinggi sehingga pemerintah negara-negara di Asia, termasuk Indonesia menyiapkan langkah-langkah antisipatif. Beberapa negara mulai mengantisipasi dengan cara memperketat perdagangan/impor daging babi, melakukan tes kesehatan terhadap para penumpang dari Meksiko, penggunaan kamera termografik pengukur suhu penumpang pesawat udara, mengumumkan larangan perjalanan (travel warning) ke Meksiko, dan penggunaan masker wajah bagi penumpang dari Meksiko serta penggunaan alat body desinfectan health quarantine untuk mensterilkan hama/virus flu babi bagi penumpang terdeteksi alat thermal scanner.
Meski Menkes RI St. Fadilah Supari menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak perlu khawatir terhadap bahaya penularan flu babi karena Negara Indonesia merupakan negara tropis. Sedang negara yang telah positif tertular flu babi adalah negara-negara yang mempunyai empat musim. Namun beberapa langkah sedang ditempuh seperti penggunaan alat pemantau suhu badan (thermal scanner) pada beberapa bandara internasional di Indonesia.
Secara empirik, Case Fatality Rate (CFR) flu burung lebih tinggi yaitu antara 80 hingga 90 persen, sedang CFR flu babi hanya 6,2 persen. Namun tidak berarti flu babi dapat diabaikan, hal ini karena penyakit flu babi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Jika dibandingkan dengan flu burung yang untuk sementara ini hanya ditularkan dari unggas terinfeksi ke manusia. Mobilitas manusia yang tinggi dan cara pencegahannya yang relatif mudah (dengan cara menggunakan desinfektan kepada kasus suspek yang baru datang dari Negara yang terjangkit flu babi dapat dijadikan sebagai salah satu alasan.
Melihat data CFR diatas, mengindikasikan optimisme bahwa pemerintah dapat menangani flu babi berkat pengalaman dalam penanggulangan flu burung. Apalagi pemerintah dibawah koordinasi Menko Kesra telah menggelar rapat koordinasi lintas sektor pada Senin (27/04) lalu setelah mendapat peringatan dari kasus-kasus flu babi diberbagai negara. Pengalaman penanganan flu burung dapat pula diterapkan pada penanggulangan flu babi bila terjadi pandemi. Serangkaian pelatihan penanganan flu burung telah dilakukan, seperti tata cara evakuasi suspect ke rumah sakit, cara menyisihkan orang yang sudah terkena, cara melakukan pengobatan dan pencegahan, dan seterusnya.

(Copyright @ Fatmah Afrianty Global. Penulis adalah Ketua Program Studi Kesmas FKM UMI, Makassar.Artikel ini pernah dikirim ke Harian Seputar Indonesia pada 28 April 2009)

1 Mei 2009 Posted by | Uncategorized | , | Tinggalkan komentar